Selasa, 30 Oktober 2012

Analisis kemiskinan dan Penanggulangan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung



DIMENSI KEMISKINAN DAN KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
PROVINSI BANKA BELITUNG

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung wilayahnya mencapai 81.725,14 km2. Luas daratan kurang lebih 16.424,14 km2 atau 20,10 persen dari total wilayah dan luas laut kurang lebih 65.301 km2 atau 79,90 persen dari total wilayah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Disamping itu wilayahnya terdiri dari banyak pulau-pulau kecil sehingga dalam mengimplementasi program pemerintah pusat maupun pemerintah daerah banyak menghadapi tantangan.
 Namun semua tantangan tersebut dapat dihadapi sehingga propinsi ini mampu menurunkan angka kemiskinan dari tahun ke tahun yang cukup signifikan, angka kemiskinan di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2010 sekitar 67,750 jiwa atau sekitar 6,51 persen, peringkat ke 4 terendah jumlah angka kemiskinan di Indonesia.


Pada tahun 2002 jumlah penduduk miskin di Provinsi Kepulauan  Bangka Belitung sebanyak 106.000 jiwa atau sekitar 11,62 persen, pada tahun 2006 meningkat sebesar 117.000 jiwa atau sekitar 67.750 persen, dari tahun 2006 hingga tahun 2010 angka kemiskinan terus mengalami penurunan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun, tahun 2010 menjadi sebesar 67.750 jiwa atau sekitar 6,51 persen.






Hal ini ditunjukan dengan jumlah angkatan dan tingkat pengangguran penduduk di setiap kabupaten/kota di provinsi Bangka Belitung.Berdasarkan data tersebut,jumlah pengangguran terbanyak pada tahun 2008 terdapat di kabupaten/kota Pangkalpinang.Jumlah pengangguran di kabupaten Pangkalpinang semakin meningkat dari tahun 2008-2009.Walaupun kenaikan pengangguran tidak terlalu signifikan,tetapi ini menyebabkan kenaikan angka kemiskinan di provinsi Bangka Belitung Dari total penduduk yang berjumlah 1.223.048 orang/jiwa pada tahun 2010, jumlah penduduk miskin berjumlah 67.750 orang/jiwa.

Faktor Penyebab Kemiskinan di Provinsi Bangka Belitung

Sebenarnya Bangka Belitung bukan Provinsi yang mengalami kenaikan angka kemiskinan yang signifikan.Tetapi banyak faktor yang membuat Provinsi Bangka Belitung sulit menurunkan angka kemiskinan tersebut.Faktor yang sangat dominan adalah faktor dari bidang perekonomian,bidang sosil,maupun secara struktural.

Faktor ekonomi
           
Bangka Belitung merupakan provinsi yang memiliki banyak sumber daya alam.Di antaranya,pertambangan timah yang sangat banyak ditemukan,perkebunan yang mendominasi provinsi tersebut,seperti perkebunan lada,perkebunan karet,dan perkebunan kelapa sawit.Sumber daya alam tersebut sekaligus menjadi lapangan pekerjaan bagi masyarakat di Bangka Belitung.

Selain itu secara geografis,Bangka Belitung juga memiliki daerah yang dikelilingi oleh pantai dean hutan.Letak area yang dikelilingi oleh banyak pantai sekaligus memberikan sumbangsih yang besar bagi perekonomian provinsi Bangka Belitung.Pariwisata merupakan bidang yang sangat menjanjikan.

Namun provinsi Bangka Belitung,merupakan provinsi yang kurang diminati oleh para investor.Sedangkan masyarakat Bangka Belitung kurang memanfaatkan sumber daya alam di daerahnya sendiri.Hal ini disebabkan oleh kurangnya inovasi dan kreatifitas masyarakat Bangka Belitung dalam berbisnis.Bisnis yang dirintis oleh para wiraswasta Bangka Belitung bersifat homogen atau monoton.Sehingga mereka kehilangan minat dari konsumen.Laba pun sulit dicapai.Wiraswatawan di Bangka Belitung semakin menurun jumlahnya.

Tetapi masyarakat juga memiliki alasan yang sangat kuat,mengapa mereka sulit berwirausaha.Masyarakat tidak memiliki modal yang cukup untuk menciptakan sebuah bisnis yang akan menyerap tenaga kerja di Bangka Belitung.

Sedangkan komoditas yang dihasilkan dari sumber daya alam provinsi Bangka Belitung cukup memadai untuk mencukupi  kebutuhan masyarakat domestic.Tetapi provinsi Bangka Belitung belum memprioritaskan komoditi yang dihasilkan untuk dikirim keluar negeri (ekspor).Hanya komoditas tertentu yang dapat diekspor,provinsi Bangka Belitung lebih mengirim komoditi mereka ke daerah lain (nasional).Angka impor barang untuk provinsi Bangka Belitung sangat kecil,karena mereka dapat memenuhi kebutuhan dalam daerah.

Struktural

Masalah sturktural di Bangka Belitung sebenarnya tidak terlalu dominan.Hanya masalah kesehatan yang menjadi salah satu kendala.Fasilitas kesehatan yang kurang memadai,menyebabkan kualitas hidup yang kurang baik.Banyaknya masyarakat Bangka Belitung yang berumur lanjut,membuat fasilitas kesehatan seharusnya menjadi prioritas utama.Anggaran daerah yang diberikan tidak merata,dan alokasi kurang efisien.

Sosial

Dilihat dari bidang sosial, produktivitas tenaga kerja di provinsi Bangka Belitung tergolong rendah.Kemampuan atau keterampilan tenaga kerja di Bangka Belitung kurang baik.Mereka hanya terpaku di satu proses yang mereka jalani di profesi mereka.Kurangnya kreatifitas,membuat tenaga kerja di Bangka Belitung tidak mampu mengembangkan bidang usaha lain.Pengolahan dalam proses produktivitas juga terbatas.Tenaga kerja ahli tidak mendukung ekonomi di daerahnya sendiri karena mereka menilai upah yang rendah di daerahnya sendiri.Dan kurangnya pelatihan keterampilan ketenagakerjaan masih kurang memadai.

Selain itu standar pendidikan yang masih rendah,juga menjadi kendala untuk pemerintah dalam menurunkan angka kemiskinan.Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas.Ini juga disebabkan kurangnya tenaga ahli dalam bidang pendidikan yang tidak mendukung untuk menaikkan kualitas pendidikan di provinsi Bangka Belitung.

Dasar Penanggulangan Kemiskinan di Provinsi Bangka Belitung

Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Peraturan Presiden nomor 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Peraturan Presiden dimaksud merupakan dasar legal dan komitmen pemerintah dalam melakukan upaya dan percepatan penanggulangan kemiskinan di Indonesia.

Penanggulangan kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung salah satunya yang dilaksanakan oleh Dinas Kesejahteraan Sosial melalui program-program penanggulangan kemiskinan, antara lain:

(1)Kelompok Usaha Bersama Ekonomi (KUBE) bantuan yang diberikan berupa modal usaha dan alat   produksi berusaha bagi kelompok masyarakat yang  masuk kategori ekonomi lemah.

(2) Bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) diarahkan kepada keluarga  rentan/hampir miskin/bermasalah sosial untuk meningkatkan fungsi sosial keluarga dan kualitas kehidupan sosial ekonominya. Hingga tahun  ini sebanyak 6001 keluarga telah dibina dengan pemberian bantuan stimulan Usaha Ekonomi Produktif (UEP).

(3) Bantuan Sosial kepada Komunitas Adat Terpencil (KAT) berupa perbaikan dan pembangunan   sarana sosial/lingkungan serta bahan bangunan rumah bagi warga Komunitas Adat Terpencil (KAT). Program ini ditujukan untuk melindungi dan menjamin adanya pemerataan pelayanan kesejahteraan sosial bagi warga KAT di provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

(4) Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS) diarahkan kepada KUBE-KUBE Fakir Miskin yang dinilai berkembang dan mandiri sebagai kelanjutan dari program bantuan KUBE Fakir Miskin yang dinilai berkembang dan mandiri sebagai kelanjutan dari program bantuan KUBE dalam upaya memperkuat ketahanan dan kekuatan permodalan usaha.

(5 )Bantuan Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (BRSDK),Pemerintah Propinsi melalui dana dekonsentrasi telah membantu dan memperbaiki rumah serta lingkungan sosial warga masyarakat yang tinggal di lingkungan daerah kumuh.

Cara Penanggulangan Kemiskinan

Pemerintah provinsi Bangka Belitung membuat kebijakan yang jelas melalui tiga jalur strategi pembangunan .Tiga jalur strategi pembangunan tersbut yaitu, pertama melalui Pro pertumbuhan (pro-growth), dalam meningkatkan serta mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui upaya menarik investorekspor dan bisnis termasuk perbaikan iklim investasi.

Kebijakan yang kedua melalui pro lapangan kerja (pro-job) untuk menciptakan lapangan kerja termasuk didalamnya menciptakan pasar kerja yang fleksibel dan menciptakan hubungan industry yang kondusif, sedangkan kebijakan yang ketiga yaitu melalui pro masyarakat miskin (pro-poor) untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas masyarakat agar dapat berkontribusi terhadap pembangunan, memperluas akses terhadap layanan dasar dan merevitalisasi sektor pertanian, kehutanan, kelautan dan ekonomi pedesaan.

Selain itu pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) membuat terobosan dalam menanggulangi kemiskinan di daerah melalui program bantuan beras gratis untuk Rumah Tangga Miskin pada 2009. Sebanyak 33.650 RTS (Rumah Tangga Sasaran) akan memperoleh bantuan 15 kilogram beras setiap bulan selama tahun 2009.

Di bidang pendidikan secara keseluruhan total dana yang telah dikucurkan untuk kegiatan pendidikan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar Rp. 31.6 Miliar. Dengan perincian, untuk pembangunan dan rehabilitasi sekolah sebesar Rp. 31.5 Miliar untuk pembangunan 234 unit sekolah TK/PAUD dan TPA. Kegiatan pendidikan lainnya berupa perlengkapan sekolah, penyuluhan dan pelatihan guru sebesar Rp. 74.028.300,-.

Di bidang kesehatan secara keseluruhan total dana yang telah dikucurkan untuk kegiatan pendidikan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar Rp. 31.6 Miliar. Dengan perincian, untuk pembangunan dan rehabilitasi sekolah sebesar Rp. 31.5 Miliar untuk pembangunan 234 unit sekolah TK/PAUD dan TPA. Kegiatan pendidikan lainnya berupa perlengkapan sekolah, penyuluhan dan pelatihan guru sebesar Rp. 74.028.300,-.








Minggu, 28 Oktober 2012

SUPPLY SIDE POLCY

 
 
 
 
 
 
Supply side policy merupakan kebijakan moneter yang mempunyai pengaruh langsung terhadap penawaran agregat. Kebijakan yang dilakukan pemerintah ini menyebabkan kurva AS (penawaran agregat) bergeser ke kanan menjadi kurva AS1. Hal ini terjadi karena bertambahnya daya beli masyarakat dalam melakukan konsumsi yang disebabkan oleh peningkatan pendapatan masyarakat akibat bantuan yang diberikan pemerintah berupa insentif, pendidikan dan pelatihan, Bantuan Tunai Langsung (BLT), keselamatan tenaga kerja, dan lain-lain. Peningkatan pendapatan masyarakat akan meningkatkan pendapatan nasional dan dalam jangka panjang akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi.

Kurva AS (penawaran agregat) adalah  kurva yang menghubungkan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan dengan tingkat harga, sedangkan kurva AD (permintaan agregat) adalah kurva yang menghubungkan jumlah barang dan jasa yang diminta dengan tingkat harga. Kurva AD (permintaan agregat) adalah total permintaan barang dan jasa dalam suatu perekonomian selama satu periode. Dari grafik di atas, terlihat kurva AS berpotongan dengan kurva AD dan menciptakan inflasi sebesar 2,3%. Kurva AS1 berpotongan dengan kurva AD dan menciptakan inflasi sebesar 2,0%. Sehingga, dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa supply side policy dapat membantu pertumbuhan ekonomi dan menekan inflasi.

Kamis, 25 Oktober 2012

Government Expenditure


 Emergency Service

Salah satu bentuk layanan darurat ( emergency service) yang disediakan oleh pemerintah saat ini adalah panggilan darurat. Panggilan darurat merupakan salah satu bentuk layanan public yang memberikan pelayanan jasa terhadap keadaan yang genting atau darurat seperti saat terjadinya kebakaran, kecelakaan, perampokan, dan lain sebagainya. Dibanyak negara hanya ada satu nomor telepon darurat sehingga mudah untuk diingat. Nomor darurat tunggal ini disebut nomor telepon darurat universal. Dengan nomor telepon darurat tunggal ini, masyarakat umum yang memerlukan bisa meminta bantuan dari jasa-jasa penanganan keadaan darurat setempat. Di Indonesia sendiri, juga terdapat banyak nomor telepon darurat serta layanan informasi yang dapat di hubungi bebas biaya tagihan alias gratis. Sarana ini merupakan salah satu bentuk interpretasi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakatnya. Dengan memberikan perawatan dan pemantauan secara berkala terhadap sarana darurat publik, maka setiap tahunnya pemerintah harus memberikan anggaran besar supaya dapat memberikan pelayanan darurat yang sangat baik dan bagus kepada masyarakat yang membutuhkan disaat keadaan yang darurat. Adapun beberapa nomor telepon darurat dan layanan informasi yang dapat dihubungi seperti berikut :
·         Ambulans = 118 atau 119
·         Polisi = 110
·         Pemadam kebakaran = 113 atau 1131
·         Search and Rescue (SAR) = 115
·         Posko Bencana Alam = 129
·         Perbaikan kerusakan dan gangguan listrik = 123
·         Informasi jam atau waktu = 103
·         Informasi pos dan giro = 161
·         Sentra informasi keracunan (Siker) = 021-4250767, 021-4227875


Transport

 Transportasi merupakan suatu sarana yang sangat dibutuhkan dalam menunjang berbagai aktifitas kehidupan manusia sehari-hari. Terlebih transportasi umum yang mana banyak dipilih banyak orang sebagai alternatif untuk mencapai ketempat tujuan. Transportasi publik pada umumnya terbagi menjadi tiga jenis, ada transportasi darat seperti bus, angkutan kota, dan kereta api. Transportasi laut seperti kapal laut, serta transportasi udara seperti pesawat terbang. Namun tidak sedikit transportasi publik tersebut di kelolah oleh pihak swasta, tetapi ada  juga transportasi yang dikelolah oleh pemerintah. Pengelolaan transportasi pada dua pihak tersebut tentunya memiliki perbedaan yang jauh. Misalkan saja pengelolaan transportasi yang di tangani oleh pemerintah cenderung kurang terawat dan kurang    dalam segi pelayanan dan alat transportasinya. Namun hal tersebut berbading terbalik dengan pengelolaan yang dilakukan oleh pihak swasta. Padahal sudah banyak anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk perawatan transportasi publik.
Berikut contoh kasus dimana pemerintah diminta untuk menaikan anggaran Public Service Obligation (PSO) untuk sektor transportasi public pada APBN 2013 menyusul tingginya angka kecelakaan selama mudik Lebaran tahun 2012. Peningkatan anggaran PSO itu diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dan pemenuhan kebutuhan transportasi publik. Dalam RAPBN 2013, PSO yang dialokasikan untuk sektor transportasi public sebesar Rp 1,63 triliun dan hal itu dinilai masih jauh dari kebutuhan untuk perbaikan layanan dan pemenuhan transportasi publik. Dalam RAPBN 2013, pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp2,03 triliun untuk PSO yang terdiri atas PSO untuk PT KAI Rp804 miliar, PT Pelni Rp826 miliar, pengguna kantor POS Rp309 miliar dan PSO untuk informasi publik sebesar Rp89 miliar.
Bahkan, nilai PSO untuk sektor transportasi public itu lebih kecil dibandingkan dengan subsidi pajak yang penghasilan yang ditanggung oleh pemerintah (PPh-DTP) yang mencapai Rp3,825 triliun dari Rp4,825 triliun subsidi pajak yang ditanggung pemerintah pada RAPBN 2013. Seharusnya kebijakan subsidi dari pemerintah harus lebih pro rakyat, seperti PSO untuk transportasi public harus ditambah dalam RAPBN 2013, supaya bisa memanfaatkan dana dengan optimalisasi.

Mekanisme Persebaran Tingkat Bunga


Seperti yang diketahui, tingkat bunga mempengaruhi beberapa hal, terutama pinjaman. Bagi masyarakat (individu), pinjaman dapat dilakukan secara kredit ( jangka pendek). Ketika tingkat bunga rendah, maka masyarakat akan memilih meminjam dana untuk jangka pendek (kredit). Sedangkan ketika tingkat bunga tinggi, masyarakat lebih memilih pinjaman untuk jangka panjang. Pada akhirnya, pinjaman yang telah diperoleh masyarakat akan digunakan untuk konsumsi.

Bagi perusahaan, tingkat bunga akan mempengaruhi pilihan untuk meminjam dana. Ada dua pilihan bagi perusahaan untuk mendapatkan dana pinjaman.Yang pertama, perusahaan dapat meminjam dana dari bank, sedangkan pilihan lainnya berasal dari pasar modal. Ketika tingkat bunga tinggi, perusahaan akan memilih untuk mendapatkan dana dari pasar modal karena nilai bunga bank lebih tinggi dibandingkan deviden untuk para investor.

Jika perusahaan memperoleh dana pinjaman dari bank, perusahaan dapat memperolehnya dengan cara menambah pinjaman yang lama atau dengan cara membuka pinjaman yang baru. Jika dana tersebut diperoleh dengan cara membuka pinjaman yang baru, dana tersebut akan digunakan untuk berinvestasi kembali guna mendapatkan keuntungan. Sebagian keuntungan tersebut akan digunakan untuk membayar bunga pinjaman pada bank.

Dan jika perusahaan memperoleh dana dengan cara menambah pinjaman yang lama, maka pinjaman tersebut akan digunakan untuk menutupi biaya produksi sehingga memperoleh laba. Sebagian laba tersebut digunakan untuk membayar upah/gaji karyawan. Dan upah tersebut akan digunakan untuk konsumsi.



Tingkat bunga yang rendah mempengaruhi tingginya tingkat hipotek bagi individu maupun perusahaan. Individu dapat menambah hipotek sebelumnya karena tingkat bunga yang rendah. Bagi individu, hipotek yang diperoleh dapat menambah pendapatan yang kurang. Pendapatan individu yang diperoleh dari hipotek akan digunakan untuk konsumsi individu itu sendiri.Individu juga dapat menggunakan hipotek tersebut untuk membeli barang modal yang dapat digunakan untuk investasi. Investasi tersebut akan menghasilkan pendapatan bagi individu. Dan pendapatan tersebut akan digunakan untuk konsumsi atau membayar bunga hipotek.

Ketika tingkat bunga tinggi, individu lebih memilih untuk menyimpan (menabung) pendapatannya untuk konsumsi di masa yang akan datang.Sedangkan bagi perusahaan, tingkat bunga yang rendah akan mempengaruhi tingkat pinjaman hipotek. Perusahaan akan membuka hipotek baru dan hasil hipotek tersebut dapat digunakan untuk ekspansi bisnis, terutama bisnis yang sedang mengalami kenaikan permintaannya. Bisnis tersebut merupakan investasi perusahaan dan hasil dari investasi tersebut dapat digunakan untuk membayar bunga hipotek ataupun melakukan ekspansi bisnis lagi.



Ketika tingkat suku bunga naik, maka dana akan mengalir masuk untuk memanfaatkan kenaikan tersebut sehingga permintaan terhadap mata uang akan mengalami kenaikan yang dapat meningkatkan nilai tukar mata uang terhadap valuta asing yang disebut apresiasi.

Apresiasi mengakibatkan nilai barang ekspor meningkat dan nilai barang impor menurun. Hal ini akan menyebabkan terjadinya surplus perdagangan.

Ketika tingkat suku bunga turun, permintaan terhadap mata uang akan turun juga dan membuat nilai tukar mata uang terhadap valuta asing menurun atau depresiasi.

Depresiasi mengakibatkan nilai barang impor meningkat dan nilai barang ekspor menurun. Hal ini akan menyebabkan terjadinya defisit perdagangan.

Senin, 22 Oktober 2012

ANALISIS JURNAL


Tema : Hubungan antara permintaan dan harga
Pengarang  : M.A Bernstein dan J. Griffin
Tahun : 2006
Judul         : Regional Differences in Price-Elasticity of Demand for Energy


Latar Belakang Masalah

Seperti yang diketahui, energi listrik dan gas alam adalah barang pemuas kebutuhan bagi manusia.Tetapi, energi tersebut merupakan energi yang sulit diperbaharui. Listrik dan gas alam dapat digolongkan sebagai barang yang permintaannya banyak karena hampir setiap masyarakat membutuhkannya, terutama di negara-negara maju dan kota-kota besar.
Menurut teori ekonomi, permintaan akan turun jika harga dari barang tersebut mengalami kenaikan. Berbeda dengan permintaan terhadap listrik dan gas alam. Ketika harga listrik dan gas alam mengalami kenaikan dalam jangka pendek, permintaan terhadap barang-barang tersebut tidak mengalami perubahan yang signifikan. Artinya, kurva permintaan terhadap listrik dan gas alam bersifat inelastis dalam jangka pendek. Namun, hal ini berbeda-beda untuk setiap daerah.
Konsumen akan tetap membayar sesuai harga yang tercipta, jika barang tersebut belum mempunyai barang substitusi dalam jangka pendek. Begitu pula dengan listrik dan gas alam yang belum mempunyai barang substitusi dalam jangka pendek. Tetapi dalam jangka panjang, jika harga terhadap energi listrik dan gas alam terus mengalami kenaikan (karena keterbatasan sumber daya ), maka konsumen akan mencari alternatif lain. Sehingga, elastisitas harga kurang berpengaruh terhadap permintaan kuantitas. 


Masalah

Pemakaian listrik untuk daerah perumahan menunjukkan penggunaan yang lebih beragam. Hal ini diakibatkan oleh pertumbuhan populasi dan pendapatan rumah tangga. Pemakaian listrik untuk pihak perusahaan cenderung kurang beragam,  tetapi elastisitas harga yang ditunjukkan tidak jauh berbeda. Hal ini disebabkan oleh keseragaman besarnya gedung-gedung industri.
Penggunaan gas alam untuk daerah perumahan tidak menunjukkan keseragaman yang signifikan, hal ini terjadi karena perumahan atau rumah tangga tidak terlalu bergantung pada pemakaian gas alam sendiri. Rumah tangga atau perumahan masih dapat menemukan barang substitusi dari gas alam untuk digunakan dalam keseharian mereka. Sedangkan, penggunaan gas alam untuk perusahaan jarang sekali diperlukan karena perusahaan sendiri biasanya berskala besar dan lebih memanfaatkan tekhnologi yang lebih efisien.


Metodologi

o Data
Pengambilan data bersifat  sekunder,dimana banyak terdapat referensi dari berbagai sumber yang bertujuan untuk mengkaji elastisitas harga dan kuantitas permintaan terhadap energi oleh berbagai sektor disetiap daerah.

o Variabel
Variabel-variabel dari jurnal ini adalah intensitas penggunaan listrik di daerah perumahan dan perusahaan, harga listrik di daerah perumahan dan perusahaan, harga gas alam dan pemakaiannya, populasi, dan pendapatan per kapita.


Kesimpulan

Dari pembahasan masalah tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan permintaan terhadap energi listrik dan gas alam di setiap daerah, interaksi antara harga dan permintaan di sektor perumahan dan industri, tidak adanya perubahan hubungan antara harga dan permintaan selama beberapa dekade, dan elastisitas harga tidak mengalami peningkatan sejak tahun 1980.

ANALISIS JURNAL



Tema               : Life Insurance and Demand Determinants
Pengarang       :  Subir Sen
  Dr. S. Madheswaran
Tahun              : 2007
Judul               : Are Life Insurance Demand Determinants valid for Selected Asian Economies and India?


Latar Belakang
Pertumbuhan dari sektor pelayanan di ekonomi Asia memimpin perubahan substansial dalam sektor keuangan. Krisis keuangan Asia berefek kepada ekonomi Asia yang disusun kembali menjadi pengukuran aturan menuju peningkatan produk dengan meminimalisasi risiko dan kegagalan. Negara-negara dalam kawasan ekonomi ASEAN juga melakukan perubahan struktur ekonomi, terlebih saat China mencapai peningkatan ekonomi. Industri asuransi di kawasan ekonomi Asia adalah hal yang menjadi sasaran utama dalam pengoperasian asuransi. Monopoli pemerintah diupayakan menjaga bagian ini dari pengisolasian pasar asuransi terhadap partisipan dari pihak asing.

Masalah
Selama periode 1990, pelayanan sektor yang terbesar di ekonomi Asia adalah industri asuransi. Tetapi, peraturan pembentukan kembali dan perubahan polis di ekonomi ASEAN selama periode krisis keuangan serta proses liberalisasi di beberapa negara SAARC menyebabkan perubahan pola dari industri asuransi itu sendiri. Hal ini menjadi fokus pada 4 negara SAARC, 2 negeri dari China, dan 6 negara ASEAN. Dengan memakai variabel yang ada, diharapkan dapat menjelaskan tingkat pola asuransi khususnya selama 11 tahun periode (1994-2004).


Metodologi
Dengan fokus mempelajari kepada 12 negara, permasalahan ekonomi yang terdiri atas 4 negara dari asosiasi SAARC (South Asia Association for Regional Cooperation) yang mencakup beberapa negara seperti India,  Bangladesh, Pakistan, dan Sri Lanka. Lalu, 2  bagian wilayah China yang mencakup China dan Hong Kong, serta  6 dari 10 negara ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. 12 negara bagian ini telah memiliki perjanjian dalam berbagai bidang, seperti teknik dan pertumbuhan ekonomi, dan lebih dari itu juga melakukan pemberantasan kemiskinan.
·         Sumber data
Panel dari 12 negara Asia yang mempelajari permasalahan ekonomi dari 11 tahun sebelumnya, dimulai dari 1994-2004 dimana berkonstruksi kepada pengumpulan data tahunan bersumber kepada data yang berbeda. Gambaran tentang premi asuransi dikumpulkan berdasarkan variasi isu dari Sigma, yaitu sebuah publikasi dari Swiss.
·         Variabel
Penggunaan variabel ekonomi sama baiknya dengan demografik yang mana berasal dari The International Financial Statistics 2006 dan The World Development Indicators 2006. Semua variabel ekonomi dapat diubah ke dalam bentuk harga konstan sebesar 2000.

Hasil Analisis
Dari hasil penelitian, diperoleh hal-hal yang mengejutkan, seperti perlunya penyelenggaraan lebih lanjut terhadap penyelidikan faktor keberhasilan dengan menentukan permintaan untuk masalah yang menyebabkan kegagalan-kegagalan dalam hal asuransi, sehingga dapat menjelaskan skenario yang terjadi di India. Dalam hal ini, peneliti mempertimbangkan dua hal penting variable, yaitu asuransi, penetrasi, dan kepadatan penduduk. Selain itu, peneliti berusaha menjelaskan variasi tersebut ke dalam variabel ekonomi, seperti pendapatan, tabungan, harga dari produk asuransi, inflasi, dan kenaikan bunga. Lalu, ke dalam variabel demografik, seperti rasio ketergantungan, harapan hidup, dan rata-rata tingkat kematian serta urbanisasi. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa pendapatan (GDP per kapita), ukuran keuangan per harga polis asuransi, dan rata-rata bunga riil adalah variabel yang signifikan. Sedangkan, variabal demografik, seperti urbanisasi dan pertumbuhan populasi urban, menunjukkan persentase total populasi yang signifikan pula. Pendapatan yang berbanding terbalik terhadap permintaan penetrasi asuransi diharapkan memberikan dampak positif. Perhitungan keuangan mempunyai hubungan positif dengan penetrasi dan kepadatan penduduk yang mana sistem keuangan mengalami pertumbuhan besar, hal itu akan memberikan dampak positif dalam meningkatkan permintaan untuk produk asuransi. Dengan kata lain, bahwa batasan-batasan tradisional memutuskan antara institusi khusus keuangan, secara keseluruhan keterlibatan dalam sektor keuangan di perbedaan bisnis dapat lebih baik menawarkan produk asuransi dan demikian pula peningkatan permintaan kedepannya. Harga diharapkan  dapat menjadi berbanding terbalik terhadap permintaan. Disini ditunjukkan bahwa adanya hubungan positif dan saran untuk harga asuransi yang lebih tinggi untuk mendorong pembelian dari asuransi tersebut. Sedangkan, urbanisasi mempunyai hubungan positif dan benar-benar menguatkan pertimbangan dan pemusatan urban dapat menciptakan permintaan yang berarti konsumsi dari produk asuransi dapat ditingkatkan.

Kesimpulan
Secara keseluruhan, analisis mengkonfirmasikan bahwa pertimbangan pendapatan menjadi faktor yang rumit dalam menjelaskan konsumsi asuransi, variabel ekonomi terhadap tabungan domestik, dan tingkatan dari sektor perkembangan keuangan dan inflasi. Satu implikasi polis yang penting bisa menjadi kuat maupun melemah dari pihak bank dan pihak non-bank lainnya yang mana mempunyai sisi positif-negatif untuk industri asuransi. Bank sebagai garis depan untuk pelayanan asuransi dapat mendorong permintaan. Selain itu, terdapat pendapat bahwa peningkatan tabungan dapat meningkatkan konsumsi asuransi, tetapi asuransi tidak murni, seperti tabungan. Beberapa varian itu mempunyai peranan penting untuk menjelaskan pilihan individu antara asuransi dan instrumen tabungan lainnya. Permasalahan lebih dari 11 tahun lalu mendukung fakta bahwa variabel demografik, seperti harapan hidup, rasio ketergantungan tua dan muda, dan rataan dari urbanisasi adalah faktor penentu yang signifikan dari permintaan asuransi. Bagaimanapun, tidak bisa disamakan kesimpulan dan analisis waktu di India hanya sebagai hal urbanisasi tetapi mempunyai beberapa hubungan yang signifikan terhadap permintaan.

Kamis, 18 Oktober 2012

Siklus Ekonomi



Berdasarkan urutan dalam perputaran siklus ekonomi, awalnya industri rumah tangga menyalurkan dan memberikan berbagai faktor produksi seperti SDA, SDM, Modal, dan skill kepada pihak perusahaan. Kemudian, perusahaan memberikan balas jasa atas faktor produksi yang telah diberikan berupa gaji,bunga,dan laba. Lalu, perusahaan menjual barang dan jasa hasil produksinya ke rumah tangga konsumen. Tahap selanjutnya, terdapat beberapa industri rumah tangga yang mengelola hasil produksi dari perusahaan yang telah mereka beli sebelumnya. Hasil produksi tersebut dijual kembali kepada pihak perusahaan. Dari hasil penjualan, setiap perolehan pendapatan yang dihasilkan oleh industri rumah tangga dan perusahaan dikenakan pajak yang wajib dibayarkan kepada pemerintah. Setelah itu, pemerintah mengeluarkan anggarannya berupa gaji untuk SDM yang ada di rumah tangga dan berupa subsidi yang diberikan kepada perusahaan. Selanjutnya, perusahaan melakukan  ekspansi dengan melakukan kegiatan ekspor ke luar negeri. Sedangkan, kegiatan impor dilakukan oleh para industri rumah tangga untuk menekan biaya produksi sehingga dapat menambah jumlah produksi.



Analisis Jurnal Keunggulan Kompetitif Perusahaan Dalam Persaingan Global


ANALISIS JURNAL

Tema : Persaingan Global
Pengarang : Doc.Dr. Asli Kucukaslan dan Yrd.Doc.Dr.Nezihe Figen Ersoy
Tahun : 2007
Judul : Penentu Keunggulan Kompetitif dan Faktor Kesuksesan Perusahaan Dalam Persaingan Global


Latar Belakang Masalah

Untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan keunggulan kompetitif dan kesuksesan perusahaan dalam persaingan global dan bagaimana perusahaan dapat meningkatkan daya saing global dengan efektif di pasar internasional.


Masalah

Bagaimana cara perusahaan mencapai dan mempertahankan keunggulan kompetitif adalah pertanyaan penting di bidang manajemen strategi, sehingga banyak kajian tentang daya saing internasional yang muncul sebagai dasar penelitian bisnis internasional Salah satu faktor yang menentukan kesuksesan perusahaan dalam persaingan global adalah pengalaman perusahaan dalam bekerjasama dengan perusahaan asing sebagai pembuka jalan bagi perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya di luar negeri. Selain itu, perusahaan juga harus memiliki prestasi dan potensi yang baik agar proses perkembangan perusahaan juga dapat berjalan dengan baik. Pemusatan kinerja pada bisnis pokok perusahaan adalah kunci bagi perusahaan untuk dapat menjadi kompetitif secara global. Perusahaan juga harus menjadi organisasi yang fleksibel dan meningkatkan kualitas produk-produknya, untuk mencapai semua itu perusahaan tentunya harus memiliki sumber daya manusia yang kompeten dan inovatif. Inovasi dalam menghasilkan produk-produk baru sangat dibutuhkan perusahaan untuk bersaing secara global. Perusahaan harus bisa menggabungkan kemampuan teknologi, manajerial, pemasaran, dan pemanfaatan sumber daya manusia agar posisi perusahaan secara internasional dapat bertahan dan nantinya akan menjadi semakin kuat.


Metodologi

o Data
Data bersifat sekunder dimana dicari dan dikumpulkan dengan tujuan untuk membantu mengetahui faktor-faktor penentu keunggulan kompetitif dan kesuksesan perusahaan dalam persaingan global.

o Variabel
Persaingan global, keunggulan kompetitif, dan faktor-faktor penentunya.


Kesimpulan

Untuk dapat unggul dalam persaingan global, perusahaan harus meningkatkan inovasi dan memanfaatkan kesempatan bersaing tersebut. Dan untuk mempertahankan keunggulan tersebut , perusahaan harus selalu berkembang sehingga dapat mengubah posisi perusahaan dari domestik menjadi global.

Jumat, 12 Oktober 2012

Analisa Pergeseran Kurva Permintaan dan Penawaran

Latar Belakang Masalah

            Keseimbangan antara permintaan dan penawaran akan menghasilkan suatu tingkat harga pasar yang stabil. Pada tingkat harga tersebut kuantitas jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan yang disebut juga harga keseimbangan. Sedangkan apabila jumlah yang diminta lebih besar dari jumlah yang ditawarkan, maka terjadi kelebihan permintaan (Excess Demand) disini harga akan naik menuju titik keseimbangan. Apabila jumlah yang diminta lebih kecil dari jumlah yang ditawarkan, maka terjadi kelebihan penawaran (Excess Supply), disini harga akan turun menuju titik keseimbangan.
            Harga equilibrium ini cenderung tertuju pada pasar aktual, sekali tercapai harga tersebut akan bertahan, kecuali jika terganggu oleh beberapa perubahan yang terjadi pada kondisi pasar. Harga yang lain dari harga equilibrium disebut Dis equilibrium price, yaitu harga yang terjadi ketika kuantitas yang diminta tidak sama dengan kuantitas yang ditawarkan.


Metodologi

·         Sumber pengambilan data
Data bersifat sekunder dimana dicari dan dikolektifkan dengan tujuan membantu pencarian solusi serta kesimpulan akhir mengenai keseimbangan harga dan kuantitas. Jumlah permintaan yang meningkat kurang dari jumlah penawaran yang turun maka menyebabkan harga naik dan kuantitas turun. Misalkan saja pada saat terjadi kelangkaan BBM (Bahan Bakar Minyak), dimana masyarakat sangat membutuhkan namun dengan kuantitas yang terbatas maka harga di pengecer menjadi naik karena nilai utilitasnya sangat diperlukan saat itu juga.

·         Variabel
Terjadinya Kelangkaan BBM (Bahan Bakar Minyak)

·         Metode pembahasan
Jenis model penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif namun lebih berkonsentrasi kepada metode deskriptif serta teori dasar. Sehingga dengan adanya landasan teori dasar dapat diasosiasikan dengan gejala, kejadian, dan peristiwa mengenai kelangkaan BBM yang telah terjadi.



Pembahasan




            Harga keseimbangan atau harga pasar (Equilibrium Price) adalah tinggi rendahnya tingkat harga yang terjadi atas kesepakatan antara produsen/penawaran dengan konsumen atau permintaan. Pada harga keseimbangan produsen/penawaran bersedia melepas barang/jasa, sedangkan permintaan/konsumen bersedia membayar harganya. Dalam kurva harga keseimbangan terjadi titik temu antara kurva permintaan dan kurva penawaran, yang disebut Equilibrium Price. Pada saat jumlah permintaan kurang dari jumlah penawaran yang mengalami penurunan maka menyebabkan harga pada kondisi tersebut menjadi naik dengan kuantitas barang yang mengalami penurunan.




          Kasus tersebut dapat dicerminkan pada saat terjadinya kelangkaan BBM. Pada saat terjadi kelangkaan maka jumlah kuantitas BBM berkurang. Karena kebutuhan dan utilitasnya yang sangat bernilai maka konsumen pun mencari alternatif pembelian kepada pengecer walau harga yang ditawarkan sangat tinggi. Misalkan, tahun ini  pemerintah dan DPR sepakat mengalokasikan kuota subsidi bahan bakar minyak (BBM) sebesar 40 juta kilo liter. Hingga Agustus realisasi dari kuota tersebut sudah mencapai 29,32 juta kilo liter. Dengan empat bulan waktu tersisa, kuota yang ada diperkirakan tidak akan mampu mencukupi kebutuhan.PT Pertamina (Persero) menyatakan konsumsi subsidi BBM di masyarakat saat ini mencapai 3,6 juta kilo liter per bulan. Realisasi subsidi BBM saat ini sudah mencapai 29,32 juta kilo liter. Dengan kata lain, stok subsidi BBM saat ini hanya tinggal menyisakan sekitar 10 juta kilo liter lagi.


           Salah satu daerah yang terancam kelangkaan BBM bersubsidi DKI Jakarta. Kuota subsidi BBM di ibu kota diperkirakan habis pada 15 September. Beberapa daerah lain juga mengalami hal yang sama. Yakni Kalimantan Selatan, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Jawa Barat.Pemerintah mengambil langkah cepat. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengaku hanya memiliki satu jurus untuk mencegah terjadinya kelangkaan BBM bersubsidi yakni mengajukan tambahan kuota subsidi BBM.Wakil Menteri ESDM Rudi Rubiandini menyebutkan, pemerintah telah mengusulkan tambahan kuota subsidi BBM sebesar 4 juta kilo liter dengan porsi terbesar untuk jenis Premium.


Kesimpulan

         Untuk mengatasi masalah kelangkaan BBM, pemerintah perlu menganalisa dan memilih strategi mana yang merupakan usaha untuk menjadi jalan keluar dan menentukan tindakan alternatif yang paling baik mengatasi kelangkaan ini. Dalam menganalisis dan memilih jalan keluar yang terbaik, diperlukan teknik-teknik dari tahapan jenjang yang dapat membantu manajemen pemerintah. Teknik-teknik perumusan strategi yang penting dapat diintegrasi ke dalam kerangka pengambilan keputusan melalui 3 tahapan yang penting, yaitu tahap input, tahap pencocokan dan tahap keputusan.

Tahap pertama yang merupakan tahap input merupakan tahap yang berisi informasi dalam hal ini masalah akan kelangkaan dari minyak tanah di Indonesia.

Tahap kedua yang merupakan tahap pencocokan, berisi informasi yang dikembangkan berdasarkan yang diperoleh dari tahap input untuk memadukan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. Teknik tahap pencocokan ini meliputi : matriks Kekuatan (Strength), Kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunities), dan Ancaman (Threaths) atau disebut SWOT dan kemudian mengembangkannya ke dalam 4 jenis strategi : Strategi SO (Stength Opportunities) Kekuatan Peluang, Strategi WO (Weakness Opportunities) Kelemahan Peluang, Strategi ST (Strength Threats) Kekuatan Ancaman dan Strategi WT (Weakness Threats) Kelemahan Ancaman.

Tahap ketiga merupakan tahap keputusan yang menggunakan informasi dari tahap pertama dan matriks strategi dari tahap kedua. Teknik ini dapat menyimpulkan bahwa matriks SWOT dalam hal ini strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan strategi WT merupakan taktik bagus yang telah dilaksanakan Pemerintah maupun yang akan segera dilaksanakan. Berdasarkan penjelasan strategi-strategi tersebut kita semua dapat juga mengetahui bahwa apa yang menjadi ancaman dan kelemahan dari kelangkaan minyak tanah dapat diatasi dengan peluang dan kekuatan yang menjadi strategi manajemen Pemerintah.



Sumber :
http://filona93.blogspot.com
http://ekaagustianingsih.blogspot.com/
http://rhurhy.blogspot.com/2012/07/demand-supply-and-equilibrium-price.html
http://www.merdeka.com/uang/mungkinkah-terjadi-kelangkaan-bbm.html
http://manado.tribunnews.com/2011/11/20/strategi-pemerintah-dalam-mengatasi-kelangkaan-minyak-tanah
http://mypariwisata-of-economic.blogspot.com/2010/12/permintaanpenawarandan-equilibrium.html

Kamis, 11 Oktober 2012

Pergeseran Kurva Penawaran


Faktor Penyebab Bergesernya Kurva Penawaran

·         Prices of relevant resources (Harga sumber daya yang relavan / harga pokok produksi)

à Kenaikan harga faktor produksi seperti tingkat upah yang lebih tinggi dan harga bahan baku yang meningkat akan menyebabkan produsen memproduksi output-nya lebih sedikit dengan jumlah anggaran yang tetap dan dapat mengurangi laba produsen. Dan apabila tingkat laba suatu industri tidak menarik lagi, mereka akan pindah ke industri lain yang mengakibatkan berkurangnya penawaran barang.  



·         Technology (Teknologi)

à Kemajuan teknologi menyebabkan penurunan biaya produksi, efisiensi dan menciptakan barang-barang baru sehingga menyebabkan kenaikan dalam penawaran barang.  



·         Number of sellers (Jumlah pedagang/penjual)

à Semakin banyak jumlah penjual suatu produk tertentu, maka penawaran barang tersebut akan bertambah. 


·         Expectation of future prices (Perkiraan harga di masa depan)


à Dengan memperkirakan harga dimasa depan, produsen dapat memilih akan memproduksi berapa unit. Misal , jika harga permintaan dimasa depan akan naik dibandingkan harga saat ini, produsen dapat memproduksi lebih sedikit karena produsen lebih memilih memproduksi banyak saat harga permintaan dimasa depan meningkat.  
Atau apabila kondisi pendapatan masyarakat meningkat, biaya produksi berkurang dan tingkat harga barang dan jasa naik, maka produsen akan menambah jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Tetapi bila pendapatan masyarakat tetap, biaya produksi mengalami peningkatan, harga barang dan jasa naik, maka produsen cenderung mengurangi jumlah barang dan jasa yang ditawarkan atau beralih pada usaha lain.



·         Taxes and subsidies

à Dengan adanya pajak, output produsen akan menurun. Sedangkan dengan adanya subsidi, output produsen akan bertambah. 



·       Government restrictions (Pembatasan oleh pemerintah / kebijakan pemerintah)

à Seperti pada kebijakan impor dan ekspor yang berfungsi untuk menekan melonjaknya penawaran dan tidak merugikan pasar nasional. 



Dalam kasus ini saya akan memberikan contoh gambaran penyebab bergesernya kurva penawaran pada usaha pembuatan sepatu.


Pada kurva diatas, digambarkan garis S ke S1 menunjukan bahwa dengan harga sebesar 600.000 perusahaan yang semula menghasilkan jumlah kuantitas sepatu sebanyak 300 bertambah menjadi 500 karena adanya kenaikan kuantitas penawaran pada harga yang sama.
Pada kurva garis S ke S2 menunjukan bahwa dengan harga yang tetap sebesar 600.000 perusahaan yang semula menghasilkan jumlah kuantitas sepatu sebanyak 300 berkurang menjadi 100 karena adanya penurunan kuantitas penawaran pada harga yang sama.

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan akan penyebab bergesernya kurva penawaran dikarenakan :


1.      Prices of relevant resources (Harga sumber daya yang relavan / harga pokok produksi)

Dengan semakin tingginya sumber daya yang digunakan, maka produsen yang memproduksi sepatu akan mengurangi kuantitas produksinya dari nilai 300 ke nilai 100 dengan harga yang tetap yaitu 600.000 agar semua penawaran yang ada dapat laku terjual. Hal ini terlihat dari pergeseran kurva supplay ke kiri.

2.      Technology (Teknologi)

Dengan semakin majunya teknologi seperti penggunaan mesin produksi pembuatan sepatu, hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi dan menurunkan biaya produksi. Penggunaan teknologi internet juga dapat digunakan untuk mencari ide-ide baru dalam pembuatan sepatu. Hal-hal tersebut dapat membuat penawaran baju meningkat yang menyebabkan kurva supply, bergeser ke kanan.
3.      Number of sellers (Jumlah pedagang/penjual)

Contohnya dengan semakin banyak penjual sepatu yang ada, maka semakin banyak jumlah penawaran yang akan tercipta. Hal tersebut akan menggeser kurva supply ke arah kanan pada tingkat harga yang sama.




4.      Expectation of future prices (Perkiraan harga di masa depan)

Misalkan saat dimana sedang populer model sepatu sport-casul di seluruh dunia, maka produsen akan berlomba-lomba memproduksi model sepatu tersebut dengan kreatifitasnya, sehingga akan mengakibatkan jumlah kuantitas bertambah namuh harga yang di pasarkan tetap, sehingga kurva penawaran pun bergeser ke kanan bawah. Begitu pula sebaliknya, saat dirasa trend model sepatu yang baru akan berubah 4 bulan mendatang, maka para produsen akan mulai memprediksi jumlah serta model kreatifitas sepatu yang akan dibuat berikutnya.




5.      Taxes and subsidies

Dengan adanya subsidi yang diberikan oleh pemerintah, maka produsen dapat membuat sepatu yang lebih banyak dibandingkan sebelumnya tetapi dengan harga yang sama. Hal tersebut yang menyebabkan kurva supply bergeser ke arah kanan pada tingkat harga yang sama.
Dengan adanya pajak yang dipungut oleh pemerintah, maka produsen mengurangi anggaran biaya produksi baju untuk membayar pajak sehingga jumlah produksi akan berkurang. Hal tersebut yang menyebabkan kurva supply bergeser ke arah kiri pada tingkat harga yang sama.


6.      Government restrictions (Pembatasan oleh pemerintah / kebijakan pemerintah)

Jika dengan contoh impor, maka sepatu-sepatu berbagai merk dari luar negeri akan masuk ke dalam negeri yang menyebabkan barang tersebut di dalam negeri bertambah karena terdiri dari barang lokal dan impor. Dengan begitu , maka penawaran akan semakin bertambah dan akan menggeser kurva penawaran ke kanan pada harga yang tetap.
Dengan contoh ekspor yang dilakukan dari dalam negara ke negara lain, sehingga jumlah penawaran atas sepatu dalam negara akan berkurang yang terlihat dari pergeseran kurva supplay ke kiri.











Equilibrium Price and Quantity

Pergeseran titik keseimbangan yang disebabkan berkurangnya jumlah permintaan.
Jika jumlah permintan berkurang sedangkan jumlah penawaran tetap, maka harga akan turun.





Misalnya harga Rp.25,00 jumlah permintaan 45 unit. Apabila jumlah permintaan turun menjadi 30 unit, maka harga akan turun menjadi Rp.15,00.


Pergeseran titik keseimbangan yang disebabkan jumlah permintaan yang naik kurang dari jumlah penawaran yang turun.
Jika jumlah permintaan suatu barang mengalami peningkatan kurang dari jumlah penawaran yang mengalami penurunan maka mengakibatkan jumlah barang mengalami penurunan dan harga barang naik.





Misalnya, pada saat terjadi kelangkaan BBM. Pada saat masyarakat sangat membutuhkanya sebagai penopang aktivitas kehidupan sehari-hari namun pada saat bersamaan terjadi kelangkaan BBM, maka disaat itu pula para pengecer akan menjual BBM dengan harga yang tinggi kepada konsumen karena tingkat utilitas barang tersebut yang sangat dibutuhkan.




sumber referensi :